“Mam,... aku
besok pulang”.
Kalimat sederhana
ini menjadi begitu menyesakkan dada istriku.
Lugas tapi sungguh terasa luar biasa, ini terjadi sejak anak lelakiku tinggal di pondok pesantren.
Lugas tapi sungguh terasa luar biasa, ini terjadi sejak anak lelakiku tinggal di pondok pesantren.
Tidak mudah
memang di awal hari – hari sejak hari pertama sekolahnya di pondok.
Tapi niat
yang sudah ada sejak Raffa memiliki keinginan untuk belajar agama tak akan
begitu saja mengalahkan perasaan sedih, senang, kangen yang terus menerus
bercampur aduk dalam hati orang tua.
Buku ini Insya
Allah akan menjadi penguat niat bagi orang tua yang masih setengah galau,
setengah takut, dan setengah lainnya untuk melepas putra putri mereka belajar
di pondok.
Sedih untuk Bahagia
Menangis untuk Tertawa
Karena Kalian... Pergi untuk Pulang
Sedih untuk Bahagia
Menangis untuk Tertawa
Karena Kalian... Pergi untuk Pulang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar