ENNIKI, belajar dengan gambar
Berangkat dari kegiatan pembelajaran di sekolah beberapa waktu yang lalu, membuat saya menemukan permasalahan yang cukup menarik untuk mengangkatnya menjadi topik yang layak untuk dijadikan menu hangat minggu ini. Tulisan ini berawal ketika siang itu, jam istirahat kedua, di whatssapp group kami di bagi sebuah citra/ foto tentang keadaan di dalam sebuah kelas. Dalam foto terlihat seorang anak yang sedang meletakkan kepalanya di atas meja, satu tangannnya mencoba menutupi separuh wajahnya, sedang tangan yang lain dijadikannya tumpuan buat sisi kepalanya. Lumayan empuk dibanding kalau harus langsung bersentuhan dengan meja kayu tentunya.
Bagi Saya gambaran ini sebagai bentuk keletihan siswa dalam menghadapi situasi di dalam kelasnya. Sangat mungkin kegiatan belajar di kelas tidak diciptakan agar anak bertindak responsif, sehingga berlaku keadaan sebaliknya yaitu cenderung pasif karena kegiatan yang monoton. Dengan gambaran sederhana begitu, bagaimana kita bisa berharap hasil belajar yang diinginkan akan tercapai. Fenomena ini mungkin sangat lazim kita temui dalam banyak keadaan di sekolah besar maupun kecil, di kota ataupun di daerah, di waktu dulu atau sekarang ini, tampaknya masih menjadi hal yang dianggap lumrah.
Masih banyak guru yang melaksanakan tugas belajar mengajar di kelas dengan menggunakan satu metode saja. Acapkali mereka tidak memperhatikan bagaimana keadaan siswa yang harus terus menerus duduk, mendengar, mencatat, bertanya, memberi jawaban membuat kesimpulan tentang materi dan itu harus mereka jalani selama 8 jam pertemuan sehari. Hal ini sering kali diacuhkan guru di beberapa kelas dalam menyampaikan materi. Guru berfikir bahwa setiap siswa memiliki kemampuan dan daya tahan yang sama untuk dijejali dengan materi pelajaran dengan keadaan yang sebenarnya sangat berbeda bagi tiap individu siswa.
Silakan Bapak/ Ibu hitung berapa siswa yang mampu bertahan dengan semangat belajarnya ketika masuk jam di kelas setelah istirahat kedua. Pernahkah Bapak/ Ibu memperhatikan gerakan – gerakan kecil yang terekspresikan oleh tubuh anak – anak itu secara spontan ? seberapa sering kita melihat mereka tiba – tiba menundukkan pandangan melihat jam tangan yang mereka pakai di lengan sebelah kanan,? Seberapa sering bapak / ibu guru di kelas memperhatikan anak – anak mulai memainkan pensil atau pulpen mereka membuat garis lurus, melengkung, dan beberapa lingkaran, padahal mereka sedang tidak belajar matematika bangun ruang. Rasanya ada banyak lagi gerakan – gerakan yang terlewat dari pengamatan kita, karena kita terlalu fokus pada buku dan pikiran kita untuk segera menghabiskan materi sesuai kuota waktu yang disediakan dan tercantum di dalam RPP kita.
Sulitnya menyampaikan materi yang berisi hafalan konsep ilmu pengetahuan menjadi abstrak bagi siswa untuk dapat memahaminya. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi guru untuk melakukan inovasi belajar di dalam kelas. Sebagaimana tujuan diawal, kegiatan inovatif ini diharapkan mampu membangkitkan minat belajar siswa dan pada akhirnya akan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan juga. Dan hasil belajar yang diharapkan sebagai tolok ukur keberhasilan belajar adanya nilai tes yang memuaskan tentunya dapat tercapai.
Sebagai seorang guru, melihat kondisi nyata seperti itu tentu saja kita mengharapkan agar proses KBM yang diberikan kepada siswa dapat memberikan hasil yang maksimal. Dengan memperhatikan keadaan dalam satu kelas yang siswanya heterogen, tertantang oleh kondisi riil di lapangan, minat, motivasi dan prestasi siswa rendah, cenderung pasif, tergantung pada guru, tidak punya inisiatif, dan kreatif untuk menemukan sendiri materi pembelajaran, maka untuk mengatasi kegagalan siswa dalam pembelajaran kita bisa menggunakan metode lain dalam pembelajaran. Metode yang dapat kita gunakan adalah melalui media Enikki. Media Enikki adalah bentuk permainan anak – anak yang dibuat dengan cara membuat gambar. Penerapan dengan model ini dimulai dengan tehnik siswa disuruh melakukan praktek kerja nyata melalui skenario yang telah ditetapkan oleh guru dalam rangka mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajarinya.
Metode yang mengandung sifat bermain melalui kegiatan menggambar ini menjadi alternatif membuang jauh – jauh perasaan bosan dan letih pada siswa. Sesuai dengan usia mereka yang masih memiliki naluri untuk menggunakan waktunya untuk bermain kapan dan dimana saja, bahkan saat sedang belajar di dalam kelas seperti sekarang ini. ENNIKI setidaknya mengajak para siswa untuk bermain mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran mereka ke dalam sebuah gambar. Aktivitas yang relatif santai ini ternyata mampu merangsang daya imajinasi siswa tentang gambar yang dibuat dan secara tidak langsung akan kita bawa mereka kepada materi yang sedang dipelajari.
Presentasi yang disampaikan dibantu media gambar dengan cerita yang bervariasi sesuai dengan keadaan masing – masing siswa ternyata lebih menarik untuk didengarkan oleh teman – temannya di dalam kelas. Rasa penasaran tentang tokoh dan peritiwa dalam gambar membawa para siswa kepada situasi belajar yang lebih atraktif dan memberikan kesan.
Silakan Bapak/ Ibu guru melakukan refleksi, bagaimana dengan metode pembelajaran yang Bapak/Ibu terapkan selama ini kepada siswa di dalam kelas ?
Mari kita coba praktekkan !
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sosialisasikan dong ENNIKI kpd Bapak/Ibu Guru agar mereka juga bisa menerapkan ini dalam pembelajarannya.
BalasHapusTerima kasih.
Bagi-bagi ilmunya dunk, pak soga...
BalasHapusBagi-bagi ilmunya dunk, pak soga...
BalasHapus